Makalah Ekologi Hutan
HUTAN PEGUNUNGAN

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6C
SARWENDAH
NUR FAHIYA
WIWIN PRATIWI
IRFAN
ANDRIADI
HISKIAWAN PALINGGI
FAKULTAS
KEHUTANAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt
karena atas rahmat dan hidayahnya jualah sehingga makalah yang berjudul “HUTAN
PEGUNUNGAN ” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Makalah
ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa sebenarnya hutan
pegunungan itu sehingga kedepannya diharapkan mahasiwa dapat mengetahui dan
mampu menjelaskan hutan pegunungan baik dari segi definisi, jenis dan vegetasi
yang ada didalamnya.
Selanjutnya,
kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat
memberikan manfaat bagi seluruh pembaca khususnya kalangan mahasiswa.
Akhir
kata, kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah yang berjudul “HUTAN
PEGUNUNGAN” ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
masukan, kritikan, maupun tanggapan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini kedepannya.
Makassar, 26 November
2012
Penyusun
(i)
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul
Kata Pengantar....................................................................................................... (i)
Daftar Isi............................................................................................................... (ii)
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang..................................................................................... 1
B.
Tujuan dan Kegunaan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian.............................................................................................. 3
B.
Jenis ....................................................................................................... 3
C.
Karakteristik........................................................................................... 5
D.
Faktor yang Berpengaruh....................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.......................................................................................... 7
B.
Saran.................................................................................................... 7
Daftar Pustaka...................................................................................................... (iii)
(ii)
DAFTAR PUSTAKA
http://herodigeo.blogspot.com/2010/08/geo-tipe-hutan-pegunungan.html diakses senin, 26 Nopember 2012
http://coridamayanti.blogspot.com/2011/02/hutan-pegunungan-hutan-dataran-rendah.html diakses senin, 26 Nopember 2012
(iii)
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hutan
merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak
diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas
tumbuhan yang didominasi oleh pepohonan dan tumbuhan berkayu lainnya (Spurr dan
Barnes, 1980). Pohon sebagai penyusun utama kawasan hutan berperan penting
dalam pengaturan tata air, cadangan plasma nutfah, penyangga kehidupan,
sumberdaya pembangunan dan sumber devisa negara (Desmann et al., 1977).
Hutan
berfungsi secara alami sebagai penyumbang dan penyelaras kehidupan di atas
permukaan bumi ini. Hutan di samping menghasilkan kayu, juga hasil hutan non
kayu dan jasa lingkungan. Hasil hutan non kayu berupa damar, rotan, bahan
obat-obatan, dan lainnya, Sedangkan jasa lingkungan seperti menampung air, menahan
banjir, mengurangi erosi dan sedimentasi, sumber keanekaragaman hayati dan
menyerap karbon sehingga mengurangi pencemaran udara, serta sebagai tempat dan
sumber kehidupan satwa dan makhluk hidup lainnya (Sudana & Wollenberg,
2001). Selanjutnya Ewusie (1990) menyatakan bahwa pepohonan yang tinggi sebagai
komponen dasar dari hutan memegang peranan penting dalam menjaga kesuburan
tanah dengan menghasilkan serasah sebagai sumber hara penting bagi vegetasi
hutan.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Adapun
tujuan dibuatnya makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Agar
mahasiswa mengetahui pengertian hutan pegunungan
2. Agar
mahasiwa dapat mengetahui jenis – jenis hutan pegunungan
3. Agar
mahasiswa dapat membedakan karakteristik hutan pegunungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
HUTAN PEGUNUNGAN
Hutan pegunungan atau hutan motana (montane forest) adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang terbentuk di
wilayah pegunungan. Salah satu
cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap
tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah di hutan
ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh berlimpah-limpah. Oleh
sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan
kabut, atau hutan awan (cloud
forest).
Seseorang
yang mendaki ke puncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat
perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiognomi hutan sejalan dengan
meningkatnya ketinggian tempat (elevasi). Pohon-pohon mulai banyak digelayuti
lumut, epifit, termasuk
berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk
mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meter. Sembulan (emergent) semakin
jarang didapati, begitu juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya bunga dan buah di
batang pohon (bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan yang menyolok, mulai
pada elevasi tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkak-bengkok dan
daun-daunnya akan mengecil ukurannya.
Para ahli
berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat ditemukannya hutan-hutan pegunungan
ini. Whitmore (1984) menyebutkan elevasi
sekitar 1.200 m (kadang-kadang turun hingga serendah 750 m), hingga ketinggian
3.000 (3.350) m di atas muka laut, sebagai tempat tumbuhnya. Van Steenis (2006)
menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga 3.400 m untuk kawasan Malesia, sementara
Anwar dkk. (1984) memperoleh ketinggian 1.200 m hingga lebih dari 3.000 m mirip
dengan Whitmore untuk vegetasi pegunungan di Sumatra.
Angka-angka
ini akan lebih bervariasi lagi bila menyebut batas-batas subzona vegetasi
pegunungan. Dari studinya selama berpuluh-puluh tahun di kawasan Malesia, van
Steenis menyimpulkan bahwa terdapat tiga subzona hutan pegunungan, yakni
:
§ Submontana (sub-pegunungan atau disebut
juga hutan pegunungan bawah),
antara ketinggian 1.000—1.500 m dpl.
§ Montana (hutan pegunungan atas) antara 1.000—2.400 m.
§ Subalpin, di atas ketinggian 2.400 m.
Salah satu
faktor penting pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah dan
terbentuknya awan atau
kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk. Kabut ini jelas meningkatkan
kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan
dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi. Dengan meningkatnya elevasi,
pohon-pohon cenderung memendek dan banyak bercabang. Epifit berupa jenis-jenis
anggrek, lumut dan pakis tumbuh
melimpah di batang, cabang dan di atas tanah. Presipitasi turun dalam bentuk
pengembunan kabut pada dedaunan, yang kemudian jatuh menetes ke tanah. Tanah di
hutan ini cukup subur namun cenderung bergambut.
Di
hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis, struktur dan
penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua
gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di gunung
yang rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi,
atau di bagian tengah suatu jajaran pegunungan, zona-zona itu lebih luas
(MacKinnon et al., 2000).
B. JENIS
– JENIS HUTAN PEGUNUNGAN
Hutan pegunungan terdiri dari komposisi jenis dan
tinggi tumbuhan yang bervariasi sehingga membentuk strata kanopi (lapisan
tudung) yang jelas. Terbagi atas:
a. Hutan
Datara Rendah
Hutan dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah
dengan ketinggian 0 - 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan
Sunda seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran
rendah.
Hutan dataran rendah Sumatera memiliki
keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari
626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di hutan dataran rendah bersama
dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang madu dan satwa lainnya. Selain
itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus
tittanum) dan bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
Hutan tropika dataran rendah di
Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan tropika dataran rendah di
kawasan barat Indonesia dan hutan tropika dataran rendah di kawasan timur
Indonesia. Hutan tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia didominasi
oleh suku keruing dengan banyak jenis dari marga mersawa, pohon kapur, balau,
damar, meranti, dan giam. Sebanyak 70% dari jenis-jenis pohon tersebut
berdiameter 40–80 cm, 25% berdiameter 80–120 cm, dan 4% berdiameter lebih dari
120 cm.
b.
Hutan
Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah Indonesia dengan
ketinggian antara 1.300 m sampai 2.500 m di atas permukaan laut. Hutan
pegunungan memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup di gunung maupun yang
tinggal di bawahnya. Hutan yang ada merupakan sumber kehidupan. Dari hutan
pegunungan, mereka memanfaatkan tumbuhan dan hewan sebagai makanan,
obat-obatan, kayu bakar, bahan bangunan dan lain sebagainya. Selain itu
masyarakat yang tinggal di bawahnya membutuhkan hutan pegunungan yang lestari
sebagai daerah tangkapan air atau resapan air. Terletak pada ketinggian
1000-2500 meter di atas permukaan laut. Dominasi vegetasi di hutan ini
berbeda-beda, tergantung pada ketinggiannya. Ketinggian 1000-1500 meter
didominansi oleh tumbuhan semak, sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500
meter didominansi oleh lumut, anggrek, dan tumbuhan paku efifit.
Ciri-ciri hutan hujan pegunungan rendah sebagai
berikut.
- Terdapat
pada ketinggian 500–1.500 m dpl.
- Pohon-pohon
riung/meranak dan petir membentuk atap hutan, sedang pohon-pohon rasamala
serta cemara gunung merupakan pohon-pohon tertinggi yang menyeruak keluar
dari atap hutan.
- Tingkat
variasi jenis tumbuhannya sangat kuat yang terdiri atas tiga tingkat, yaitu:
·
Tingkat pertama mencapai tinggi 30–40 m dan ada yang
tingginya 50–60 m,
·
Tingkat kedua mencapai tinggi 15–20 m, serta
·
Tingkat ketiga mencapai tinggi 5–10 m.
c.
Hutan
Pegunungan Atas (mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah daerah Indonesia dengan
ketinggian di atas 3.500 m di atas permukaan laut. Hutan ini berfungsi sebagai
cagar alam dan taman wisata alam. Vegetasi hutan pegunungan yang dijadikan
Cagar Alam dan Taman Wisata Alam termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan
dengan floranya terdiri dari jenis-jenis pohon dan liana serta epiphyte. Meliputi daerah
dengan ketinggian 2500-3300 meter di atas permukaan laut. Hutan ini memiliki
pohon-pohon dengan tinggi hingga 25 meter dan sangat lebat, tetapi
keanekaragaman jenisnya sangat sedikit dibandingkan dengan hutan dibawahnya.
Jenis-jenis satwaliar yang dapat ditemui pada tipe
hutan pegunungan atas adalah dari kelompok aves dan mamalia. Dari kelompok aves
terdiri dari Percit (Dicaeum trochileum), Pacetan (Prinia familiaris),
Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Cipoh (Aegithina tiphia), Kipasan (Rhipidura javanica), Prenjak (Prinia familiaris), Krit gantil, Tangkur tohtor (Megalaima
armillaris), Puyuh (Arborophilajavanica), Kacamata (Zosterops
palpebrosus), Madu (Aethopygaeximia), Merbah belikar (Pycnonotus
plumosus),Bubut jawa (Centropus nigrorufus), Petutut (Megalaima
cerunia), Cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum),
Hutan hujan
pegunungan tinggi terdapat di sebagian wilayah Sumatra, Sulawesi, Papua, Jawa
Barat, dan Jawa Tengah. Ciri-ciri hutan hujan pegunungan tinggi sebagai
berikut.
- Terdapat
pada ketinggian 1.500–2.400 m dpl (meter di atas permukaan laut).
- Jenis
tumbuhannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan pegunungan
rendah.
- Biasanya
pohon-pohonnya berdiameter lebih besar, daun-daunnya lebih kecil, dan
tidak berakar papan.
- Pohon-pohon
yang paling umum dijumpai antara lain berangan/riung, waru batu/waru teja,
dan cemara.
d. Hutan
subalpin
Hutan sub alpin juga disebut hutan
kabut atau hutan berlumut. Hutan ini banyak terdapat di Papua di mana terdapat
pegunungan yang tinggi. Ciri-ciri hutan subalpin sebagai berikut.
- Terdapat
pada ketinggian 2.400–4.000 meter di atas permukaan laut.
- Pohon-pohonnya
rapat, tetapi rendah. Tinggi pohon berkisar antara 8–20 meter.
- Jumlah
jenis pohon sedikit dengan batang-batang yang membengkok dan diselimuti
berjenis-jenis lumut.
C. KARAKTERISTIK
HUTAN PEGUNUNGAN
Tabel perbandingan karakter empat formasi hutan tropika basah.
|
Karakter
|
Hutan dataran rendah
|
Hutan submontana
|
Hutan montana
|
Hutan subalpin
|
|
Tinggi tajuk
|
25—45 m
|
15—33 m
|
1,5—18 m
|
1,5—9 m
|
|
Tinggi pohon sembulan
|
67 m
|
45 m
|
26 m
|
15 m
|
|
Kelas ukuran daun
|
mesofil
|
notofil atau mesofil
|
mikrofil
|
nanofil
|
|
Banir (akar penopang)
|
umum dijumpai, besar
|
tidak umum atau kecil
|
biasanya tak ada
|
tidak ada
|
|
umum
|
jarang
|
tidak ada
|
tidak ada
|
|
|
Daun majemuk
|
berlimpah
|
dijumpai
|
jarang
|
tidak ada
|
|
Daun berujung penetes
|
berlimpah
|
dijumpai atau umum
|
jarang atau tak ada
|
tidak ada
|
|
Liana berkayu
|
berlimpah
|
biasanya tak ada
|
tidak ada
|
tidak ada
|
|
Tumbuhan merayap
|
biasanya berlimpah
|
umum atau berlimpah
|
sangat jarang
|
tidak ada
|
|
Anggrek-anggrekan
|
umum
|
berlimpah
|
umum
|
sangat jarang
|
|
dijumpai
|
dijumpai atau berlimpah
|
biasanya berlimpah
|
berlimpah
|
D. FAKTOR
YANG BERPENGARUH PADA HUTAN PEGUNUNGAN
Perbedaan fisik dan biologi antara hutan
dataran rendah yang lembab dan panas dengan habitat pegunungan yang terbuka
menentukan jenis-jenis yang terdapat disana. Semakin tinggi suatu tempat, iklim
semakin sejuk dan lebih lembab (MacKinnon et al., 2000). Hutan yang
tumbuh dan berkembang, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya,
terutama lingkungan.
Faktor-faktor tersebut menentukan variasi tumbuhan
hutan, di mana hal ini juga berhubungan dengan keadaan atmosfer yang ditentukan
oleh sinar matahari, suhu, angin dan kelembaban. Di samping itu, suhu akan
menurun mengikuti ketinggian tempat. Di daerah tropika misalnya suhu akan turun
0.40°C setiap kenaikan ketinggian tempat 100 meter, hal ini menyebabkan terjadi
pembagian zona dan spesies yang berubah seperti pada daerah iklim sedang
(Arief, 1994).
Indonesia berdasarkan letak garis lintangnya
termasuk daerah beriklim tropis. Namun, posisinya di antara dua benua dan di
antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih beragam (Irwanto, 2006).
Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per
tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu:
·
Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang
puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari.
Daerah ini mencakup Pulau Sumatera; Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau
Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.
·
Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak
musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai
bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku;
sebagian besar Papua.
·
Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih
sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang.
Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa
Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.
Selain faktor suhu di atas hutan pegungan juga
dipengaruhi oleh oleh keawanan, kelembapan nisbi, embun beku, dan radiasi ultra
violet. Telah diduga bahwa radiasi ultra violet pada gunung-gunung di daerah
tropik adalah yang paling kuat dibandingkan dengan daerah manapun di atas
permukaan bumi. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kadar lapisan ozon pada
lapisan stratosfer (yang menyerap sinar ultra violet) dekat khatulistiwa, dan
atmosfer pada ketinggian rendah yang lebih keruh dan lebih padat sehingga lebih
mampu untuk menyerap dan memantulkan radiasi (Damanik et al., 1992).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
dapat kita ambil dalam makalah ini antara lain:
1. Hutan
pegunungan terbagi atas 3 yaitu :
a.
Hutan pegunungan bawah
b.
Hutan pegunungan atas
c.
Hutan sub alpin
2. Hutan pegunungan atau hutan motana (montane forest)
adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang terbentuk di
wilayah pegunungan. Salah satu
cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap
tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah di hutan
ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh berlimpah-limpah.
B.
SARAN
Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimah
kasih kepada pembaca dan kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan maklah ini ke depannya.