Selasa, 17 Juni 2014

Makalah Ekologi Hutan


HUTAN PEGUNUNGAN

Description: unhas_logo
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6C
           
SARWENDAH
NUR FAHIYA
WIWIN PRATIWI
IRFAN
ANDRIADI
HISKIAWAN PALINGGI




FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt karena atas rahmat dan hidayahnya jualah sehingga makalah yang berjudul “HUTAN PEGUNUNGAN ” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa sebenarnya hutan pegunungan itu sehingga kedepannya diharapkan mahasiwa dapat mengetahui dan mampu menjelaskan hutan pegunungan baik dari segi definisi, jenis dan vegetasi yang ada didalamnya.
Selanjutnya, kami berharap agar makalah ini dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pembaca khususnya kalangan mahasiswa.
Akhir kata, kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah yang berjudul “HUTAN PEGUNUNGAN” ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan masukan, kritikan, maupun tanggapan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini kedepannya.






Makassar, 26 November 2012




Penyusun
(i)
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar....................................................................................................... (i)
Daftar Isi............................................................................................................... (ii)
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang..................................................................................... 1
B.     Tujuan dan Kegunaan.......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian.............................................................................................. 3
B.     Jenis ....................................................................................................... 3
C.     Karakteristik........................................................................................... 5
D.    Faktor yang Berpengaruh....................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan.......................................................................................... 7
B.     Saran.................................................................................................... 7
Daftar Pustaka...................................................................................................... (iii)












(ii)
DAFTAR PUSTAKA



http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_pegunungan diakses senin, 26 Nopember 2012
http://warok.web.id/hutan-hujan-tropis-2/ diakses senin, 26 Nopember 2012





























(iii)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hutan merupakan salah satu pusat keanekaragaman jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui dan perlu terus untuk dikaji. Di kawasan hutan terdapat komunitas tumbuhan yang didominasi oleh pepohonan dan tumbuhan berkayu lainnya (Spurr dan Barnes, 1980). Pohon sebagai penyusun utama kawasan hutan berperan penting dalam pengaturan tata air, cadangan plasma nutfah, penyangga kehidupan, sumberdaya pembangunan dan sumber devisa negara (Desmann et al., 1977).
Hutan berfungsi secara alami sebagai penyumbang dan penyelaras kehidupan di atas permukaan bumi ini. Hutan di samping menghasilkan kayu, juga hasil hutan non kayu dan jasa lingkungan. Hasil hutan non kayu berupa damar, rotan, bahan obat-obatan, dan lainnya, Sedangkan jasa lingkungan seperti menampung air, menahan banjir, mengurangi erosi dan sedimentasi, sumber keanekaragaman hayati dan menyerap karbon sehingga mengurangi pencemaran udara, serta sebagai tempat dan sumber kehidupan satwa dan makhluk hidup lainnya (Sudana & Wollenberg, 2001). Selanjutnya Ewusie (1990) menyatakan bahwa pepohonan yang tinggi sebagai komponen dasar dari hutan memegang peranan penting dalam menjaga kesuburan tanah dengan menghasilkan serasah sebagai sumber hara penting bagi vegetasi hutan.

B.     Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini antara lain sebagai berikut :
1.      Agar mahasiswa mengetahui pengertian hutan pegunungan
2.      Agar mahasiwa dapat mengetahui jenis – jenis hutan pegunungan
3.      Agar mahasiswa dapat membedakan karakteristik hutan pegunungan






BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN HUTAN PEGUNUNGAN

Hutan pegunungan atau hutan motana (montane forest) adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh berlimpah-limpah. Oleh sebab itu, formasi hutan ini juga dinamai hutan lumut, hutan kabut, atau hutan awan (cloud forest).
Seseorang yang mendaki ke puncak gunung, bila jeli mengamati, akan melihat perubahan-perubahan dan perbedaan pada fisiognomi hutan sejalan dengan meningkatnya ketinggian tempat (elevasi). Pohon-pohon mulai banyak digelayuti lumut, epifit, termasuk berjenis-jenis anggrek. Atap tajuk mulai memendek, setinggi-tingginya sekitar 30-an meterSembulan (emergent) semakin jarang didapati, begitu juga banir (akar papan) dan kauliflori, yakni munculnya bunga dan buah di batang pohon (bukan di cabang atau pucuk ranting). Dan yang menyolok, mulai pada elevasi tertentu, cabang dan ranting pohon akan bengkak-bengkok dan daun-daunnya akan mengecil ukurannya.
Para ahli berbeda pendapat mengenai ketinggian tempat ditemukannya hutan-hutan pegunungan ini. Whitmore (1984) menyebutkan elevasi sekitar 1.200 m (kadang-kadang turun hingga serendah 750 m), hingga ketinggian 3.000 (3.350) m di atas muka laut, sebagai tempat tumbuhnya. Van Steenis (2006) menuliskan angka ketinggian 1.000 m hingga 3.400 m untuk kawasan Malesia, sementara Anwar dkk. (1984) memperoleh ketinggian 1.200 m hingga lebih dari 3.000 m mirip dengan Whitmore untuk vegetasi pegunungan di Sumatra.
Angka-angka ini akan lebih bervariasi lagi bila menyebut batas-batas subzona vegetasi pegunungan. Dari studinya selama berpuluh-puluh tahun di kawasan Malesia, van Steenis menyimpulkan bahwa terdapat tiga subzona hutan pegunungan, yakni :
§  Submontana (sub-pegunungan atau disebut juga hutan pegunungan bawah), antara ketinggian 1.000—1.500 m dpl.
§  Montana (hutan pegunungan atas) antara 1.000—2.400 m.
§  Subalpin, di atas ketinggian 2.400 m.
Salah satu faktor penting pembentukan hutan ini adalah suhu yang rendah dan terbentuknya awan atau kabut yang kerap menyelimuti atap tajuk. Kabut ini jelas meningkatkan kelembaban udara, menghalangi cahaya matahari dan dengan demikian menurunkan laju evapotranspirasi. Dengan meningkatnya elevasi, pohon-pohon cenderung memendek dan banyak bercabang. Epifit berupa jenis-jenis anggrek, lumut dan pakis tumbuh melimpah di batang, cabang dan di atas tanah. Presipitasi turun dalam bentuk pengembunan kabut pada dedaunan, yang kemudian jatuh menetes ke tanah. Tanah di hutan ini cukup subur namun cenderung bergambut.
Di hutan pegunungan terdapat zona-zona vegetasi, dengan jenis, struktur dan penampilan yang berbeda. Zona-zona vegetasi tersebut dapat dikenali di semua gunung di daerah tropis meskipun tidak ditentukan oleh ketinggian saja. Di gunung yang rendah, semua zona vegetasi lebih sempit, sedangkan di gunung yang tinggi, atau di bagian tengah suatu jajaran pegunungan, zona-zona itu lebih luas (MacKinnon et al., 2000).

B.     JENIS – JENIS HUTAN PEGUNUNGAN

Hutan pegunungan terdiri dari komposisi jenis dan tinggi tumbuhan yang bervariasi sehingga membentuk strata kanopi (lapisan tudung) yang jelas. Terbagi atas:
a.       Hutan Datara Rendah
Hutan dataran rendah merupakan hutan yang tumbuh di daerah dataran rendah dengan ketinggian 0 - 1200 m. Hutan hujan tropis yang ada wilayah Dangkalan Sunda seperti di Pulau Sumatera, dan Pulau Kalimantan termasuk hutan dataran rendah. Hutan dataran rendah Sumatera memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya di dunia. Sebanyak 425 jenis atau 2/3 dari 626 jenis burung yang ada di Sumatera hidup di hutan dataran rendah bersama dengan harimau Sumatera, gajah, tapir, beruang madu dan satwa lainnya. Selain itu, di hutan dataran rendah Sumatera juga ditemukan bunga tertinggi di dunia (Amorphophallus tittanum) dan bunga terbesar di dunia (Rafflesia arnoldi).
Hutan tropika dataran rendah di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu hutan tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia dan hutan tropika dataran rendah di kawasan timur Indonesia. Hutan tropika dataran rendah di kawasan barat Indonesia didominasi oleh suku keruing dengan banyak jenis dari marga mersawa, pohon kapur, balau, damar, meranti, dan giam. Sebanyak 70% dari jenis-jenis pohon tersebut berdiameter 40–80 cm, 25% berdiameter 80–120 cm, dan 4% berdiameter lebih dari 120 cm.
b.      Hutan Pegunungan Rendah (sub-mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah Indonesia dengan ketinggian antara 1.300 m sampai 2.500 m di atas permukaan laut. Hutan pegunungan memberikan manfaat bagi masyarakat yang hidup di gunung maupun yang tinggal di bawahnya. Hutan yang ada merupakan sumber kehidupan. Dari hutan pegunungan, mereka memanfaatkan tumbuhan dan hewan sebagai makanan, obat-obatan, kayu bakar, bahan bangunan dan lain sebagainya. Selain itu masyarakat yang tinggal di bawahnya membutuhkan hutan pegunungan yang lestari sebagai daerah tangkapan air atau resapan air. Terletak pada ketinggian 1000-2500 meter di atas permukaan laut. Dominasi vegetasi di hutan ini berbeda-beda, tergantung pada ketinggiannya. Ketinggian 1000-1500 meter didominansi oleh tumbuhan semak, sedangkan pada ketinggian lebih dari 1500 meter didominansi oleh lumut, anggrek, dan tumbuhan paku efifit.
Ciri-ciri hutan hujan pegunungan rendah sebagai berikut.
  1. Terdapat pada ketinggian 500–1.500 m dpl.
  2. Pohon-pohon riung/meranak dan petir membentuk atap hutan, sedang pohon-pohon rasamala serta cemara gunung merupakan pohon-pohon tertinggi yang menyeruak keluar dari atap hutan.
  3. Tingkat variasi jenis tumbuhannya sangat kuat yang terdiri atas tiga tingkat, yaitu:
·         Tingkat pertama mencapai tinggi 30–40 m dan ada yang tingginya 50–60 m,
·         Tingkat kedua mencapai tinggi 15–20 m, serta
·         Tingkat ketiga mencapai tinggi 5–10 m.

c.       Hutan Pegunungan Atas (mountaine forest)
Hutan ini terdapat di daerah daerah Indonesia dengan ketinggian di atas 3.500 m di atas permukaan laut. Hutan ini berfungsi sebagai cagar alam dan taman wisata alam. Vegetasi hutan pegunungan yang dijadikan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam termasuk tipe hutan hujan tropik pegunungan dengan floranya terdiri dari jenis-jenis pohon dan liana serta epiphyte. Meliputi daerah dengan ketinggian 2500-3300 meter di atas permukaan laut. Hutan ini memiliki pohon-pohon dengan tinggi hingga 25 meter dan sangat lebat, tetapi keanekaragaman jenisnya sangat sedikit dibandingkan dengan hutan dibawahnya.
Jenis-jenis satwaliar yang dapat ditemui pada tipe hutan pegunungan atas adalah dari kelompok aves dan mamalia. Dari kelompok aves terdiri dari Percit (Dicaeum trochileum), Pacetan (Prinia familiaris), Cucak gunung (Pycnonotus bimaculatus), Cipoh (Aegithina tiphia), Kipasan (Rhipidura javanica), Prenjak (Prinia familiaris), Krit gantil, Tangkur tohtor (Megalaima armillaris), Puyuh (Arborophilajavanica), Kacamata (Zosterops palpebrosus), Madu (Aethopygaeximia), Merbah belikar (Pycnonotus plumosus),Bubut jawa (Centropus nigrorufus), Petutut (Megalaima cerunia), Cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum),
Hutan hujan pegunungan tinggi terdapat di sebagian wilayah Sumatra, Sulawesi, Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Ciri-ciri hutan hujan pegunungan tinggi sebagai berikut.
  1. Terdapat pada ketinggian 1.500–2.400 m dpl (meter di atas permukaan laut).
  2. Jenis tumbuhannya lebih sedikit jika dibandingkan dengan hutan hujan pegunungan rendah.
  3. Biasanya pohon-pohonnya berdiameter lebih besar, daun-daunnya lebih kecil, dan tidak berakar papan.
  4. Pohon-pohon yang paling umum dijumpai antara lain berangan/riung, waru batu/waru teja, dan cemara.
d.      Hutan subalpin
Hutan sub alpin juga disebut hutan kabut atau hutan berlumut. Hutan ini banyak terdapat di Papua di mana terdapat pegunungan yang tinggi. Ciri-ciri hutan subalpin sebagai berikut.
  1. Terdapat pada ketinggian 2.400–4.000 meter di atas permukaan laut.
  2. Pohon-pohonnya rapat, tetapi rendah. Tinggi pohon berkisar antara 8–20 meter.
  3. Jumlah jenis pohon sedikit dengan batang-batang yang membengkok dan diselimuti berjenis-jenis lumut.


C.     KARAKTERISTIK HUTAN PEGUNUNGAN

Tabel perbandingan karakter empat formasi hutan tropika basah.
Karakter
Hutan dataran rendah
Hutan submontana
Hutan montana
Hutan subalpin
Tinggi tajuk
25—45 m
15—33 m
1,5—18 m
1,5—9 m
Tinggi pohon sembulan
67 m
45 m
26 m
15 m
Kelas ukuran daun
mesofil
notofil atau mesofil
mikrofil
nanofil
Banir (akar penopang)
umum dijumpai, besar
tidak umum atau kecil
biasanya tak ada
tidak ada
umum
jarang
tidak ada
tidak ada
Daun majemuk
berlimpah
dijumpai
jarang
tidak ada
Daun berujung penetes
berlimpah
dijumpai atau umum
jarang atau tak ada
tidak ada
Liana berkayu
berlimpah
biasanya tak ada
tidak ada
tidak ada
Tumbuhan merayap
biasanya berlimpah
umum atau berlimpah
sangat jarang
tidak ada
Anggrek-anggrekan
umum
berlimpah
umum
sangat jarang
Lumut dan liken
dijumpai
dijumpai atau berlimpah
biasanya berlimpah
berlimpah


D.    FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA HUTAN PEGUNUNGAN

Perbedaan fisik dan biologi antara hutan dataran rendah yang lembab dan panas dengan habitat pegunungan yang terbuka menentukan jenis-jenis yang terdapat disana. Semakin tinggi suatu tempat, iklim semakin sejuk dan lebih lembab (MacKinnon et al., 2000). Hutan yang tumbuh dan berkembang, tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama lingkungan.
Faktor-faktor tersebut menentukan variasi tumbuhan hutan, di mana hal ini juga berhubungan dengan keadaan atmosfer yang ditentukan oleh sinar matahari, suhu, angin dan kelembaban. Di samping itu, suhu akan menurun mengikuti ketinggian tempat. Di daerah tropika misalnya suhu akan turun 0.40°C setiap kenaikan ketinggian tempat 100 meter, hal ini menyebabkan terjadi pembagian zona dan spesies yang berubah seperti pada daerah iklim sedang (Arief, 1994).
Indonesia berdasarkan letak garis lintangnya termasuk daerah beriklim tropis. Namun, posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih beragam (Irwanto, 2006). Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim, yaitu:
·         Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera; Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi.
·         Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua.
·         Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.

Selain faktor suhu di atas hutan pegungan juga dipengaruhi oleh oleh keawanan, kelembapan nisbi, embun beku, dan radiasi ultra violet. Telah diduga bahwa radiasi ultra violet pada gunung-gunung di daerah tropik adalah yang paling kuat dibandingkan dengan daerah manapun di atas permukaan bumi. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya kadar lapisan ozon pada lapisan stratosfer (yang menyerap sinar ultra violet) dekat khatulistiwa, dan atmosfer pada ketinggian rendah yang lebih keruh dan lebih padat sehingga lebih mampu untuk menyerap dan memantulkan radiasi (Damanik et al., 1992).




BAB III
PENUTUP


A.           KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dalam makalah ini antara lain:
1.      Hutan pegunungan terbagi atas 3 yaitu :
a.         Hutan pegunungan bawah
b.         Hutan pegunungan atas
c.         Hutan sub alpin
2.    Hutan pegunungan atau hutan motana (montane forest) adalah salah satu formasi hutan tropika basah yang terbentuk di wilayah pegunungan. Salah satu cirinya, hutan ini kerap diselimuti awan, biasanya pada ketinggian atap tajuk (kanopi) nya. Pepohonan dan tanah di hutan ini acapkali tertutupi oleh lumut, yang tumbuh berlimpah-limpah.

B.            SARAN


Kami sebagai penyusun mengucapkan banyak terimah kasih kepada pembaca dan kami mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan maklah ini ke depannya.